1 Okt 2012

Kutipan Cerita dari buku Baratayuda Jayabinangun - Part1

Hari Kesatu : Gugurnya Raden Seta, Utara, dan Wratsangka

      Pada hari pertama perang Baratayudha Jayabinangun, Kurawa mengangkat panglima perang atau Senapati Resi Wara Bhisma. Meski sudah tak muda lagi-bahkan rambutnya sudah memutih semua-namun Resi Wara Bhisma dikenal sangat sakti mandraguna. ia, yang saat mudanya dikenal dengan nama Raden Dewa Brata, sangat ditakuti oleh semua pendekar dan para ksatria di dunia.
Kesaktian Raden Dewa Brata bukan omong kosong, karena sudah teruji saat mengalahkan dalam sayembara perang di Negara Sriwatipura untuk merebutkan putri Prabu Darmakusuma yaitu Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika. banyak raja dan ksatria yang berdatangan untuk melakoni sayembara perang, ternyata mereka semua dikalahkan oleh Raden Dewa Brata. setelah itu, Raden Dewa Brata harus menghadapi Raden Wahmuka-Arimuka-putra Prabu Darmakusuma-yang dalam sayembara perang tadi harus bisa dikalahkan jika ingin memboyong ketiga putri Raja Sriwantipura.
Dan, Kenyataannya Raden Dewa Brata unggul ing jurit!
      Sementara, di barisan Pandhawa, yang menjadi Senapatinya adalah Raden Seta, Utara, dan Wratsangka putra-putra Prabu Wratswapati Raja Wirata. Dengan demikian, klop-lah keadaanya para senapati dari Kurawa maupun Pandhawa dari kalangan orang-orang yang sudah tua. Meski sudah tua dan tidak muda lagi, tapi jangan tanya kesaktian mereka masing-masing!
      Perang pun dimulai di Tegal Kurusetra! Perang 'hidup-mati' telah dimulai.
    Dari barisan Pandhawa yang dipimpin Raden Seta dan adik-adiknya terlihat sangat dahsyat. Sepak terjang ketiga ksatria-terutama Raden Seta-benar-benar seperti bantheng ketaton ketika menghajar lawan-lawannya. Raden Seta mampu menerjang barisan musuh dan berhasil membunuh Raden Rukmarata, putra Prabu Salya di Mandraka. Namun ketiga senapati Pandhawa akhirnya berguguran terkena panah sakti Resi Bhisma. Melihat Raden Seta beserta adiknya tewas di medan perang, para Kurawa beserta prajuritnya bersorak kegirangan. Hal itu juga membuat gembira hati Prabu Duryudana.
       Saat itu juga, Raden Abimanyu sempat mengobrak-abrik pasukan lawan hingga membuat prajurit Ngastina lari tunggang langgang. Kehebatan Abimanyu di medan perang membuat para pepudhen-Prabu Matswapati, Bimasena, Raden Arjuna dan lain-lain terharu.


di ambil dari buku BHARATAYUDA karya Wawan Susetya.

Andai Saja....

    Sudah di ketahui sendiri keadaan sepak bola dalam negeri khatulistiwa ini seperti apa. ya, biar kalian yang mendeskripsikan.
    Masih ingatkah euforia Piala AFF 2010? bagaimana rasa menanyikan lagu Indonesia Raya di Stadion berkapasitas 100.000? Dimana-mana baik tua, muda, anak-anak, dan lain-lain pasti menggunakan jersey kebanggan Indonesia.
Rasanya itu semua hilang begitu saja, hampir 2 tahun berlalu, dan euforia itu sedikit demi sedikit sudah tidak terasa kembali.
    Dari pergantian pengurus yang berharap dapat lebih baik dari sebelumnya, tapi? malah makin semrawut rasanya, dualisme liga, dualisme kepemimpinan, bahkan DUALISME TIM NASIONAL INDONESIA!!!!
ANEH.. BINGUNG..
2 kata di atas mungkin hanya segelintir yang muncul ketika sadar akan kondisi sepak bola kita. Dan, cerita terbaru adalah turunnya peringkat FIFA. Kacau !!!!
    Andai saja... Ya mungkin kata ini terdengar pas bagi setiap pecinta sepakbola negeri khatulistiwa ini yang berharap kembalinya euforia Piala AFF 2 tahun lalu, bahkan selalu berharap dan berdoa untuk kebaikan TIMNAS dan Kepemimpinan di dalamnya.

ya ANDAI SAJA...